Sumber: pixabay.com |
Ini adalah Artikel lanjutan dari
judul Dilema Anak Saat Orang Tua Sakit Namun Merasa “Baik Baik Saja”
Pada artikel sebelumnya, mimin
curhat tentang orang tua yang lumayan sulit diarahkan untuk cek rutin
kesehatan, apalagi berobat ke dokter ketika sakit. Ada aja alasannya. Seperti
inilah suka duka membersamai orang tua yang mulai memasuki usia sepuh (tua). Ya,
mimin yakin tidak semua orang tua seperti bapak ibu mimin :)
Ada banyak pengalaman manis
juga dari kawan-kawan yang merasa lega karena bisa membawa orang tuanya untuk
rutin cek kesehatan. Jadi, ketika ada yang tidak beres di tubuh, langsung deh
bisa ditangani. Cemburu? Iya sih sebenarnya, orang tua mereka sadar kesehatan
sehingga tidak begitu merepotkan anak-anak untuk memaksa kesana kesini cek
kesehatan atau berobat ke dokter. Ah, sudahlah, mimin juga gak boleh berkecil
hati kelamaan. Setiap hal itu sudah ada jalannya masing-masing, ya ikuti saja
jalan itu.
Siapa tahu ini adalah jalan
Tuhan biar mimin bisa introspeksi diri. Jangan-jangan selama ini mimin terlalu
keras ya nada bicaranya ke orang tua? Atau jangan-jangan mimin ngajak ke
dokternya kurang edukatif sehingga gak digubris? Atau mungkin secara psikis,
mereka takut ketahuan penyakitnya? Ah, biarlah mimin yang belajar menemukan
jawabannya sendiri. Ya, dari pengalaman yang sudah menunggu di depan sana,
tentunya.
Periode Kemunduran yang Harus Di-support Penuh
Pernah mimin membaca sebuah
ulasan, bahwa orang tua kita pada saatnya nanti akan menjadi seperti bayi lagi.
Ya, jangan kaget jika mereka akan menanyakan sebuah hal berkali-kali karena
tingkat pemahaman maupun pendengaran yang berkurang. Jangan marah jika orang
tua mengeluh tidak bisa membaca sebuah kalimat karena menurunnya fungsi indra
penglihatan.
Jangan marah jika orang tua
seperti anak kecil, ini itu harus dituruti, dan jika tidak dituruti bakal
ngambek. Jangan marah jika orang tua suatu saat akan suka marah-marah karena
hal sepele, yang menurut kita itu bukanlah hal penting untuk dibahas. Kata
orang, siapkan mental dan jangan terpancing emosi karena itu. Tenang saja, ini
bukanlah sebuah penyakit, namun fase alamiah yang akan dialami oleh setiap
manusia di periode akhir kehidupannya.
sumber: pixabay.com |
Para orang tua yang memasuki
fase lansia akan mengalami kemunduran, baik fisik maupun psikologis. Tentu
saja, kemunduran fisik ini disebabkan karena perubahan sel-sel tubuh dalam
proses menua. Nah, kalau kemunduran psikologis sendiri bisa dilihat dari
perubahan sikap mereka. Ada kadar tidak senang ataupun tidak puas dengan apa
yang mereka miliki saat ini. Ya, bisa tentang diri sendiri, anak, suami/istri,
orang lain, pekerjaan, makanan dan berbagai hal yang dekat dengannya. Nah, gak heran kan kalau mereka menjelma jadi “baby”
lagi?
Ini lumrah terjadi, tidak
perlu diambil hati & tugas kita sebagai anak hanyalah memahami dan
memahami. Nah, jika saat ini kamu memiliki orang tua usia diatas 50 tahun, yuk
mulai belajar menyabari mereka, kalau bisa unlimited.
Ya, seperti kasih sayang mereka kepada kita dulu, kita loh dirawat dengan layanan VIP hingga dewasa. Paling mahal
sepanjang sejarah hidup dan tak tergantikan oleh berapapun rupiah di dunia ini.
Riana Dewie