Budi membacakan anaknya sebuah tulisan yang terpasang di dinding, terpasang di tembok dekat pintu, di bawah papan alamat. Terukir di papan kayu berukuran 60 cm x 20 cm, dengan huruf arial bold. Cukup jelas huruf dan kata-katanya, TLUKI CANDLEPOTS. Sang ayah tidak mengartikan arti kata-kata itu. Bocah kecil berusia 10 tahun itu terdiam dalam kebingungan, bahasa yang tidak pernah dia mengerti. Seakan paham akan kebingungan sang putri, dia menyuruh anaknya mengambil sebuah wafer di dalam kaleng Khong Guan. Wafer favoritnya.
Sementara itu di belahan negara lain. Di Korea, Ani menerima pesan singkat melalui gawainya, "Tante TLUKI CANDLEPOTS artinya apa ya?. Sambil tersenyum, Ani mengetik "Coba tanya ke ayah saja, Taluki". Lima detik kemudian ada pesan balasan, ada emoticon air mata.
Sepuluh tahun kemudian.
TLUKI CANDLEPOTS. Papan tulisan itu masih ada di situ, tanpa diketahui artinya. Sekali lagi Taluki mencoba mengulang pertanyaan yang sama. "Ayah TLUKI CANDLEPOTS apa artinya sih? Itu bahasa Rusia ya yah? Kata Taluki kepada ayahnya. Budi tampak sibuk menata pesanan tatakan lilin dari tanah liat dengan sangat hati-hati ke dalam kardus. "Kamu ini gangguin ayah aja, tanya Google aja deh" jawab ayahnya.
Taluki mengeluarkan gawainya dan mengetiknya di pencarian. Semenit, Lima menit, sepuluh menit layarnya tidak berubah. Lima menit kemudian dia sadar. Astagaaa...paket data belum top up.